Friday, October 1, 2010
Tawa di antara Duka
Tuesday, February 9, 2010
Doa
Allahummaj 'al khaira 'umri fi aakhirohu, wa khaira 'amali fi khaatimihi wa khaira yaumi yauma alqooKA fiihi
Ya Allah jadikanlah sebaik2 umurku di akhirnya, sebaik2 amalku di penghujungnya dan sebaik2 hariku di saat aku berjumpa denganMU..
Sunday, February 7, 2010
Ingin Jadi Presiden
Cerita ini dapat melukiskan betapa perhatiannya sekolah kita atas jalan hidup yang ingin kita tempuh. Sekolah menyediakan ruangan bimbingan karir yang disingkat BK, sudah barang tentu ada guru pembimbingnya merangkap wali kelasku yang benar-benar perhatian karena hampir semua murid pernah dimarahi beliau, siapa lagi kalau bukan ….. ibu Mariana yang paling terkenal itu loh!.
Kali ini yang mendapat giliran dimarahi aku dan teman sekelasku Christiawan gara-gara cita-cita kami dianggap beliau terlalu muluk, sebetulnya sih nggak juga!. Bukankah kita sudah dicekoki dari kecil bahwa gantunglah cita-citamu setinggi langit, makanya ketika ditanya aku tulis di secarik kertas cita-citaku ingin jadi Presiden.
Kini sudah bertambah jelas bahwa sang cita-cita jauh jemuran dari setrikaan, eh maksud jauh panggang dari api alias belum tercium juga baunya untuk jadi Presiden!.
Gara-gara itu aku mendapat undangan ke ruang BK bersama Christiawan, disana bu Mariana tidak hanya menjelaskan, maksudku menjelaskan ditambah marah-marah gitu loh!, beliau bilang bahwa Presiden bukan merupakan profesi, yang namanya profesi menurut beliau adalah tukang insinyur, dokter, pengacara, ahli fisika, guru, dan lain sebagainya.
Iso Eddy wroteat 23:53 on 19 October 2008
wah foto ini bagus bgt...mau kasih komen tapi ga tega gua...
Mukti Wibowo (Universitas Indonesia) wroteat 07:00 on 14 November 2008
Ca' lo lagi jambak rambut siapa....hus hayo.. nakal!!Wakakakakakk....
Sigit Sudibyo wroteat 23:50 on 01 March 2009
Memang mirip ya...
Setelah dijelaskan, cita-cita kami tetap belum berubah akibatnya selama satu jam pelajaran kami diomeli mulai dari kebun binatang hingga ensiklopedia lengkap hewan keluar semua, terlebih setelah mendengar jawaban Christiawan.
“Nah, sekarang kamu, Christiawan, apa cita-cita kamu …. !!!”, sengaja kutulis dengan 3 tanda pentung untuk menggambarkan betapa angry-nya beliau.
“Jadi Menhankam (Menteri Pertahanan dan Keamanan) bu …”
“Kenapa kamu mau jadi Menhankam … !!!”, sekali lagi dengan 3 tanda pentung.
“Kan Panca presidennya bu, terus … Panca ngangkat saya jadi Menhankam …”
Sunday, January 10, 2010
5 Sekawan, 6 dengan Pak Oher
Di kelasku ada kelompok yang rada-rada bandel, nggak tanggung-tanggung 5 orang bo! Kita sebut saja buat kenang-kenangan, mereka itu adalah Alfred, Andrew, Richard, Saud, dan Susilo, yang kusebut tadi berdasarkan alpabetik loh bukan berdasarkan urutan kenakalan.
Sebelum masuk kelas mereka mengisi daftar hadir di warung Mak Etek. Ketika bel masuk berdering mereka nggak buru-buru masuk tetapi menunggu mengabiskan rokok, padahal si rokok terkadang baru saja dinyalakan.
Kelasku ada di lantai 2, paling enak kalau terlambat masuknya melewati pintu pagar yang tidak bisa dilewati kendaraan, yang sekarang jadi gerbang utama, melewati kamar penjaga sekolah tempat tinggalnya pak Oher, masuk lorong melewati perpustakaan dan kantor guru, tepat disamping tangga terletak kantor kepala sekolah.
Agar tidak ketahuan terlambat datang mereka menitipkan tas di kamar pak Oher, “Pak nitip ya!”. Pak Oher mengiyakan sambil manggut-manggut.
Mereka masuk satu persatu ke dalam kelas dengan menyelipkan buku pelajaran pertama di punggung, alasannya pasti berbeda-beda, ada yang ke toilet, mengembalikan buku ke perpustakaan, shalat, pokoknya macam-macam deh! Pastinya mengganggu proses belajar mengajar, karena operandi yang sama dilakukan berkali-kali.
Suatu saat bu Hilma, orang nomor 1 di Smandel melakukan sidak termasuk kamar pak Oher, ditemukanlah 5 tas sekolah. Setelah mendapatkan penjelasan dari pak Oher, bu Hilma meminta pak Oher untuk meletakannya di meja sang kepala sekolah. Pak Oher mengiyakan sambil manggut-manggut.
Tapi memang pak Oher baik hati, hanya tiga buah tas yang dibawa ke kantor Kepala Sekolah, 2 lainnya disembunyikan di bawa ranjang beliau setelah melalui ritual cap, cip, cup.
Saat istirahat berkumpulah 5 sekawan, eh 6 deng dengan pak Oher. Silang pendapatpun terjadi.
Bagi yang tasnya diselamatkan pak Oher bilang begini, “Pak Oher, hafalin ya tas saya yang butut, rada bau dan agak sobek disini, lain kali diumpetin lagi ya!”.
Pak Oher mengiyakan sambil manggut-manggut.
Sedangkan yang harus mengambil tas di kantor bu Hilma bilangnya , “Lain kali kalau ada rahazia lagi, semua tas dikasihin ke bu Hilma, kalau perlu koper pak Oher juga, kan kita kompak!”
Reaksi pak Oher tetep ….. mengiyakan sambil manggut-manggut.